Kumpulan Contoh Artikel Variabel Penelitian Lintas Prodi di STT: Prodi PAK


Seperti apa artikel Variabel Penelitian Lintas Prodi di STT: Prodi PAK. Artikel berikut ini dapat dibaca untuk menemukan ide penelitian Pendidikan dan Teologi

Variabel Penelitian PAK



TUJUAN PEMBELAJARAN: Salah satu variabel Penelitian



1. Tujuan Pendidikan secara umum
Pendidikan yang berlangsung di dalam lembaga pendidikan formal adalah pendidikan yang terarah pada tujuan tertentu, yaitu tujuan kognitif (perubahan pengetahuan = perubahan atau pengalaman anak didik pada ranah kognitif), tujuan afektif (perubahan afektif = perubahan atau pengalaman belajar anak didik pada ranah afektif), tujuan psikomotorik (perubahan psikomotorik = perubahan atau pengalaman belajar anak pada aspek ketrampilan).
Demi mencapai tiga tujuan tersebut di atas (tujuan belajar pada perubahan kognitif, afektif, dan psikomotorik) maka disusun kurikulum sebagai alat yang membawa segala kegiatan kependidikan kepada tujuan yang dikehendaki.. Dalam hubungan ini kita mengenal dua jenis kurikulum berdasarkan orientasinya, yaitu 1) kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu pengetahuan dan 2) pendidikan yang berorientasi pada kemampuan atau kompetensi.

Tujuan Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan Agama Kristen adalah usaha, biasanya oleh anggota-anggota umat Kristen, untuk berpartisipasi dalam dan untuk membimbing perubahan-perubahan yang terjadi dalam pribadi-pribadi dalam hubungan-hubungan dengan Tuhan , dengan gereja, dengan orang-orang lain, dengan dunia dan diri sendiri (Joseph Lewis Sherrill),

Rumusan Paul H. Vieth thn.1930
Meningkatkan dalam diri pribadi yang bertumbuh kesadaran akan Allah sebagai realitas dalam pengalaman manusia dan rasa adanya hubungan pribadi dengan Dia Membimbing pribadi yang bertumbuh kepada pengertian dan penghargaan akan kepribadian, kehidupan dan pengajaran Yesus Kristus.
Meningkatkan dalam pribadi yang bertumbuh perkembangan profesi dan terus menerus dari watak Kristus.
Mengemabangkan dalam pribadi yang bertumbuh kemampuan dan kecendrungan untuk berpartisipasi dalam dan menyumbang secara konstruktif kepada pembangunan tata social.
Membimbing pribadi yang bertumbuh untuk membangun falsafah hidup berdasarkan tafsiran Kristen tentang kehidupan dan alam semesta.
Mengembangkan dalam pribadi yang bertumbuh kemampuan dan kecendrungan untuk berpartisipasi dalam gereja.
Pendidikan Agama Kristen adalah usaha anggota-anggota umat Kristen, untuk turut serta dalam dan untuk membimbing perubahan-perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam pribadi-pribadi dalam hubungan-hubungan dengan Allah Bapak, Yesus Kristus dan Roh Kudus , dengan gereja, dengan orang-orang lain, dengan dunia dan diri sendiri (Yonas Muanley).
Berdasarkan pemahaman tentang tujuan PAK yang dikemukakan di atas maka isi kurikulum PAK mencakup ruang lingkup yang luas untuk dipelajari. Jadi menurut pemahaman di atas maka isi kurikulum PAK kurang lebih mencakup: Iman Kristen; Alkitab sebagai Firman Allah, Kehidupan Kristen, Masalah Sosial; Masalah Dunia (Eli Tanya, 1999:32)

MATERI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Pendidikan Agama Kristen dilaksanakan berdasarkan tujuan. Setelah tujuan dirumuskan, perlu ada materi yang digunakan agar tujuan Pendidikan Agama Kristen yang telah dirumuskan dapat tercapai secara baik.
Materi Pendidikan Agama Kristen memiliki sumber utama yaitu Alkitab. Alkitab terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, ada 37 kitab, yaitu:

1) Kejadian
2) Keluaran
3) Imamat
4) Bilangan
5) Ulangan
6) Yosua
7) Hakim-hakim
8) Rut
9) I Samuel
10) II Samuel
11) I Raja-raja
12) II Raja-raja
13) Ezra
14) Nehemia
15) Ester
16) Ayub
17) Mazmur
18) Amsal
19) Pengkhotbah
20) Kidung Agung
21) Yesaya
22) Yeremia
23) Ratapan
24) Yehezkiel
25) Daniel
26) Hosea
27) Yoel
28) Amos
29) Obaja
30) Yunus
31) Mikha
32) Nahum
33) Habakuk
34) Zefanya
35) Hagai
36) Zakaria
37) Maleakhi

Sedangkan Perjanjian Baru memiliki kitab-kitab (27 kitab) sbb:

1) Matius
2) Markus
3) Lukas
4) Yohanes
5) Kisah Para Rasul
6) Roma
7) I Korintus
8) II Korintus
9) Galatia
10) Efesus
11) Filipi
12) Kolose
13) I Tesalonika
14) II Tesalonika
15) I Timotius
16) II Timotius
17) Titus
18) Filemon
19) Ibrani
20) Yakobus
21) I Petrus
22) II Petrus
23) I Yohanes
24) II Yohanes
25) III Yohanes
26) Yudas
27) Wahyu

Kitab-kitab tersebut di atas adalah kanon Kristen. Yang dimaksud dengan kanon Kristen yaitu Alkitab menjadi norma mutlak menilai setiap ajaran danperilaku orang Kristen. Ajaran dan perilaku orang Kristen yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab maka ajaran itu disebut bidat, dan orang sesat (orang yang pahamnya tidak sesuai Alkitab)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PARTISIPATIF

Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut:

1. Menciptakan suasana Pembelajaran PAK yang mendorong peserta didik siap belajar.
2. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan Pendidikan Agama Kristen.
3. Membantu peserta didik Pendidikan Agama Kristen untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya.
4. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar Pendidikan Agama Kristen untuk.
5. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar Pendidikan Agama Kristen untuk.
6. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar Pendidikan Agama Kristen untuk.
7. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen untuk.

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KRISTEN: Salah satu Varianabel Penelitian



Apa pengertian Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Kata strategi mulanya digunakan dalam dunia militer. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti jendral atau panglima. Strategi dalam pengertian kemiliteran diartikan: cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang, yaitu kemenangan.

Dalam dunia Pendidikan:

Strartegi ialah the art of bringing forces to the battle field in favourable position (strategi adalah suatu seni, yaitu seni membawa pasukan ke dalam medan tempur dalam posisi yang paling menguntungkan (= definisi dlm Ensiklopedia Pendidikan).
Strategi adalah seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Strategi pengajaran adalah pola dan urutan umum perbuatan guru-murid dalam mewujudkan kegiatan belajar-mengajar (Definisi T. Raka Joni). Perbuatan atau kegiatan guru-murid di dalam proses belajar-mengajar itu terdiri atas bermacam-macam bentuk. Keseluruhan bentuk itulah yang dimaksud dengan pola dan urutan umum perbuatan guru-murid (Bermacam-macam bentuk belajar-mengajar = Pola umum perbuatan/kegiatan guru-murid dalam proses belajar-mengajar). Seorang guru yang merencanakan pengajarannya, lebih dahulu harus memikirkan strateginya. Setelah menentukan suatu alternatif barulah ia menyusun rencana pengajaran atau desain instruksional.
Strategi belajar-mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu). Sering metode pengajaran dikacaukan dengan strategi belajar-mengajar. Untuk melaksanakan suatu strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Suatu program pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dalam satu kali pertemuan atau tatap muka, biasa dilaksanakan dengan berbagai metode seperti: ceramah, diskusi kelompok, Tanya jawab, simulasi dll. Keseluruhan metode itu termasuk media pendidikan yang digunakan untuk menggambarkan startegi belajar-mengajar. Strategi adalah a plan of operation achieving something ‘rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu’. Sedangkan metode pengajaran ialah ‘cara untuk mencapai sesuatu’.
Strategi pembelajaran adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu yang meliputi: sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar kepada nara didik (Gerlach and Ely).
Strategi pembelajaran adalah perencanaan penggunaan prosedur kegitan pembelajaran dan materi atau paket pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi dalam definisi ini, strategi pembelajaran meliputi/mencakup semua komponen materi dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran (Dick dan Carey).
Strategi adalah daya upaya guru (termasuk kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pembelajaran sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pembelajaran) dalam menciptakan suatu system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar, agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna.(H.A. Sabri).
Strategi mengajar adalah tindakan guru dalam melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variable pengajaran (tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi siswa ,encapai tujuan yang telah ditetapkan (Nana Sudjana).
Strategi merupakan prosedur atau teknik dan penggunaan metode yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut secara efektif dan efisien. Tehnik adalah cara atau alat yang dipilih oleh guru dalam mengarahkan kegiatan pembelajaran nara didik ke arah tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran baik oleh guru sebagai metode mengajar maupun oleh nara didik sebagai metode belajar. Dalam konteks strategi pembelajaran, metode bersifat prosedural, sedangkan tehnik bersifat implementatif. Keduanya merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Jadi strategi pembelajaran terdiri dari teknik/prosedur dan metode yang akan membawa nara didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran secara efektif dan efisien atau strategi dalam konteks pembelajaran diartikan sebagai teknik/prosedur kegiatan guru dan nara didik dalam proses kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran yang telah dirumuskan.(Joni Bokko).
Jadi, strategi belajar-mengajar adalah rencana dan cara-cara membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif. Cara-cara mebawakan pengajaran itu merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan kegiatan belajar-mengajar. Pola dan urutan umum perbuatan guru murid itu merupakan suatu kerangka umum kegiatan belajar-mengajar yang tersususun dalam suatu rangkaian bertahap menuju tujuan yang telah ditetapkan. Strategi belajar-mengajar merupakan rancangan dasar bagi seorang guru tentang cara ia membawakan pengajarannya di kelas secara bertanggung jawab.
Perbedaan Strategi Pembelajaran dengan metode pembelajaran dan desain instruksional.

PERBEDAAN STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN



Strategi pembelajaran tidak sama dengan metode pembelajaran. Strategi pembelajaran (belajar-mengajar) merupakan rencana kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode pengajaran merupakan alat untuk mengoptimalkan atau melaksanakan (mewujudkan) apa yang direncanakan dalam strategi Pembelajaran. Dalam hal ini untuk melaksanakan suatu strategi pengajaran maka dapat digunakan sejumlah metode pengajaran. Dalam pengertian ini maka metode pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi belajar-mengajar. Unsur lain seperti sumber belajar, kemampuan yang dimiliki guru dan siswa, media pendidikan, materi pengajaran, organisasi kelas, waktu yang tersedia, dan kondisi kelas dan lingkungannya, juga merupakan unsur-unsur yang mendukung strategi belajar-mengajar.

Perbedaan strategi pembelajaran dengan desain pembelajaran
Strategi Pembelajaran meliputi empat masalah:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi serta kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik sesuai tujuan yang diharapkan.
2. Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, ,metode, dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan dalam kegiatan pembelajaran.
4. Menetapkan norma dan batal minimal keberhasilan atau criteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melaksanakan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.
Tiga tahap yang perlu diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar:

1. Tahap Mengajar: tahap pra instruksional, Tahap Instruksional, Tahap penilaian dan tindak lanjut – 3 tahap harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran.
2. Penggunaan model atau pendekatan mengajar: Pendekatan Ekspositori/model informasi, pendekatan inquiry/Discovery, pendekatan interaksi social, pendekatan tingkah laku (Behavioral models).
3. Penggunaan prinsip mengajar

Proses Pembelajaran


Pembelajaran Pendidikan Kristen mengenal beberapa istilah, istilah-istilah ini tentu lebih dikenal luas dalam Pendidikan Umum. Baiklah kita memperhatikan istilah-istlah yang dimaksud:

1. Pendekatan Pembeajaran
2. Stratetgi Pembelajaran
3. Metode Pembelajaran
4. Teknik Pembelajaran
5. Taktik Pembelajaran
6. Model Pembelajaran

Ragam istilah di atas tentu memiliki pengertian tersendiri. Walaupun ada kemiripan makna tetapi tetap ada perbedaan. Untuk itu peru upaya terstruktur untuk menjelaskan istilah-istilah di atas dalam beberapa teknik metodologi. Apakah riset dengan penedekatan teoritis maupun kebenaran empiris.

MULTIPLE INTELEGENCE: Salah satu variabel Penelitian



Pemahaman Guru PAK tentang Multiple Intellegence

Multiple Intellegence sama artinya dengan kecerdasan majemuk atau dengan kata lain anak-anak yang memiliki kecerdasan ganda. Menurut para ahli kecerdasan itu sifatnya abstrak, namun dapat dilihat dari tingkah laku. Seringkali guru kawatir melihat peserta didik yang ‘hiper-aktif’, guru bahkan mencoba unuk menghentikan kegiatan mereka, tetapi guru tidak mengetahui bahwa peserta didik sedang belajar untuk menemukan sesuatu, yang mana ia belum ketahui, maka dengan cara seperti ini sebenarnya peserta didik sedang belajar untuk mencari kebenaran dari keingintahuannya.
Segala kelebihan manusia adalah anugerah Tuhan, setiap aspek kecerdasan merupakan suatu kelebihan yang unik. Allah adalah sumber segala hikmat dan pengetahuan. Setiap orang telah disediakan berkatnya amasing-masing sejak dalam kandungan, serta kemampuan untuk mengembangkannya.
Kepandaian dan kepintaran juga merupakan kaarunia, suatu kebanggaan jika seorng guru diberikan tugas untuk mendidik anak-anak yang sudah disiapkan Tuhan, untuk dipakai bagi hormat dan kemuliaan nama-Nya. Gardenr mengatakan, “manusia itu tampaknya belajar dan menunjukkan kecerdasn mereka dalam berbagi cara.
Sikap Guru Terhadaap Anak yang Memiliki Mutiple Intellegence

Sesuai dengan Lukas 2:52, maka anak-anak dpat bertumbuh dalam beberapa hal yaitu, hikmat, tinggi badan (fisik) hubungan dengan Tuhan (spiritual), dan hubungannya dengan sesame (social).
Teori multiple intelligence adalah teori ilmiah yang tidak dapat diaplikasikan secara langsung oleh guru. Namun Gardenr memberikan dua implikasi dari teori multiple intelligence yaitu:
1. Individualitas. Pengajar perlu mengetaui sebanyak mungkin tentang peserta didiknya sehingga mereka dapat belajar dengan mendemonstrasikan pembelajarannya dengana cara yang paling tepat aau paling nyaman.
2. Nilai. Disini nilai diindikasikan bahwa intelegence bukanlah stu-satunya hal yang penting. Intelegence semata-mata tidak memiliki moral. Bagaimana seorang pelajar dapat memberikan pengajaran pada apa yang dia lakukan di kelas seharusnya didasarkan pada nilai yang penting dimiliki oleh peserta didiknya sebagai bekal dalam belajarnya .
Walaupun setiap individu memiliki kecerdasan yang bebeda-beda, belajar dengan cara yang berbeda teori multiple intelligence tidak langsung berhadapan dengan identivikasi gaya belajar individu. Menurut Gardenr, “kecerdasan adalah biofisik yang digunakan memproses informasi dengan cara tertentu untuk memecahkan masalah agar menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi budaya atau komunitas”.
Seorang guru tidak harus formal dalam mengajar, tetapi juga harus mampu membentuk peserta didik menjadi pribadi yang menyenagkan, termasuk dalam mendidik para peserta didik yang berperangai kurang menyenangkan, justru peserta didik tersebut harus diberi perhatian khusus tidak menutup kemungkinan anak tersebut akan mengubah tingkah lakunya yang negative menjadi perilaku yang positif, namun ketegasan dan disiplin sekolah tidak terabaikan.
Masalah Setiap guru PAK wajib mengetahui tingkat kecerdasan dan kemampuan peserta didiknya. Setiap peserta didik pasti memiliki Multiple Intellegence atau Multi talenta, namun masalah yang terjadi:
1. Guru PAK kurang memahami level kecerdasan peserta didik, dalam pengelolaan kelas tidak dapt berjalan secara efektif.
2. Pemilihan metode belajar yang kurang tepat sesuai dengan aspek kecerdasan peserta didik kurang tepat, sehingga proses belajar-mengajar menjadi tidak produktif.
3. Guru PAK kurang memotivasi peserta didik yang memiliki multiple Intellegence dalam mengembangkan kemampuan atau kecerdasannya.
4. Guru PAK mengembangkan rasa percaya didik para peserta didik.
Setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya, namun kurangnya rasa percaya diri menjadi salah satu penyebab peserta didik tidak dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Diharapkan memlalui penulisan skripsi ini, guru akan lebih memahami apa itu Multiple Intellegence yang ada pada peserta didik, sehingga dalam proses belajar-mengajarnya, dapat berjalan dengan lancer dan baik.

POLIGAMI: salah satu variabel Penelitian


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia poligami memiliki arti yakni ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya alam waktu yang bersamaan . Selanjutnya Heuken menyatakan, “pengertian poligami diturunkan dari kata Yunani Poli artinya banyak dan gamos artinya kawin” . Kemudian menurut Jusuf B.S., menyatakan bahwa poligami adalah mempunyai istri yang sah lebih dari satu .
Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian poligami adalah suami yang memiliki lebih dari satu istri, dimana hal tersebut dapat mendatangkan efek yang buruk dalam keluarga. Secara umum latar belakang terjadinya poligami dalam keluarga dipengaruhi oleh berbagai aspek atau factor. Faktor-faktor itu antara lain: factor rohani, factor kebudayaan, agama, pendidikan, dan ketidakpuasan seks.
1. Zaman Adam
Informasi yang pasti tentang kebudyaan zaman manusia pertama berkaitan dengan poligami dapat diketahui melalui keturunan Adam yakni Lamekh (Kej.4:19). Dalam nats tersebut dituliskan : “Lamekh mengambil istri dua orang; yang satu namanya Ada, yang lain Zila”. Berdasarkan nats tersebut dapat dikatakan bahwa pernikahan antara Lamekh dan kedua istrinya merupaka awal munculnya pernikahan poligami di muka bumi ini.
Peristiwa terjadinya pernikahan poligami pada masa manusia pertama mulai terjadi setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, hingga pada zaman raja-raja Israel bahkan sampa pada pembuangan. Akan tetapi dalam perjalanan hidup manusia yang semakin menyimpang, poligami itu semakin berurat dan berakar. Sampai akhirnya, orang-orang beriman zaman Perjanjian Lamapun terbawa-bawa pada pola piker itu, dan banyak diantara mereka yang berpoligami. Beberapa diantaranya adalah Abraham, Yakub, Daud dan Salmo . Penjelasan-penjelasan tersebut tampak bahwa praktik poligami pada zaman manusia pertama merupakan kebiasaan yang sudh ditiru leh generasi berikutnya.
2. Zaman Abraham
Berdasarkan catatan Alkitab berkaitan dengan praktik poligami tampak bahwa hal tersebut merupakan peristiwa yang terus dilakukan. Packer dkk. Menyatakan, “Abraham mengikuti kebiasaan orang kafir untuk mendapatkan anaksebagai ahli warisnya dari seorang budak perempuan, sebab istrinya mandul . Dalam Kejadian 16:2 dituliskan : Berkatalah Sarai kepada Abraham: “Engkau tahu Tuhan tidak member aku melakirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang akan”.
Hal ini menjelaskan bahwa Abraham juga melakukan poligami, sehingga peristiwa tersebut terus berpengaruh terhadap generasi-generasi berikutnya. Saimin menyatakan, akibat pernikahan Abraham dengan Hagar dan Ismail anaknya harus terusik dari keluarga Abraham.
3. Zaman Yakub

Yakub merupakan patriakh yang terpeting sesudah Abraham, dan dia di identikkan dengan oknum Israel . Yakub juga adalah seorang bapa leluhur Ibrani lainnya yag mengikuti adat perkawinan kafir. Yakub mengambil dua orang isteri sebab pamannya telah menipu dia sehingga ia menikahi wanita yang salah (Kej. 29:21-30). Ketika Rahel menyadari bahwa ia mandul, ia memberika budak perempuannya kepada Yakub ‘supaya oleh dia akupun mempunyai keturunan’ (Kej. 30:3-6). Kemudian Lea menjadi cemburu dan memberikan budak perempuannya kepada Yakub untuk melahirkan lebih banyak anak demi dia (Kej. 30:4-13) .
Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas jelas bahwa pernikahan yang dilakukan oleh Yakub merupakan pernikahan poligami. Hal itu muncul karena kebudayaan mengenai keturunan, “Supaya oleh dia akupun mempunyai keturunan (Kej. 30:3)”. Namun akibatnya, istri pertama Yakub yaitu Lea, saling bermusuhan denga adik kandungnya sendiri yaitu Rahel yang adalah isteri kedua Yakub. Bahkan sampai ke anak-anak mereka, permusuhan it uterus berlangsung.
4. Zaman Daud

Daud adalah raja Israel yang ke dua setelah Saul, yang mempunyai isteri lebih dari satu. Meskipun raja Daud terkenal sebagai raja yang takut akan Tuhan, dia juga adalah manusia yang tidak lepas dari kesalahan. Dia tidak hanya berpoligami, tetapi dia berzinah dengan Batsyeba dan akhirnya melakukan pembunuhan untuk menikahi dia.
Berkenaan dengan raja Daud berplogami, Packer dkk menyatakan,”mulai dengan Daud, raja-raja Israel memperturutkan hatinya untuk memiliki banyak istri dan gundik, meskipun Allah secara khusus telah melarang mereka melakukan hal itu (Ul. 17:17). Dari penjelasan tersebut di atas, jelas bahwa pada zaman Daud, praktik pernikahan poligami sudah menjadi kebiasaan. Akibat dosa ini Daud mengalami banyak musibah karena kekacauan dalam keluarganya. Amnon anak Daud memperkosa Tamar putrid Daud dari istri yang lain, sehingga Absalom kakak Tamar membalas dendam dengan membunuh Amnon.

5. Zaman Salomo.

Salomo adalah raja ke tiga Israel, anak Daud dari Batsyeba (2 Sam. 12: 24). Selain terkenal dengan hikmat dan kekayaannya yang banyak, Salomo juga terkenal sebagai raja Israel yang memiliki banyak istri. Dia mengawini begitu banyak perempuan, yaitu 700 istri dan 300 gundik yang berasal dari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan . Akibatnya Salomo dijerat oleh para istrinya untuk jatuh dalam penyembahan berhala. Hal ini didukung oleh Hill dan Walton dengan menyatakan, raja Salomo menjadi sasaran bujuk rayu wanita-wanita asing yang berada dalam harem istana (1 Raj. 11:1-3). Karena dikuasai oleh hawa nafsu dan materialism, dia tidak mampu menghindari ‘jerat’ yang terhadapnya ia sudah berulang-ulang memperingatkan orang lain (misalnya, Amsal 5:1-14; 7:6-27). Bahkan perbecahan kerajaan kesatuan Israel disebabkan oleh dosa penyembahan berhala Salomo (Bnd. 1 Raj. 11:33).

Keterangan-keterangan tersebut di atas membuktikan bahwa pada masa Salomo praktik poligami semakin berkembang. Oleh karena perempuan-perempuan kafir juga diperistrikan.
Zaman Perjanjian Baru

Zaman Perjanjian Baru [pada umumnya dikenala dengan zaman Tuhan Yesus masih hidup di dunia ini, yakni pada zaman dia lahir sampai pada kenaikan-Nya di surga. John Drane menuliskan bahwa Kristus dilahirkan kira-kira tahun 4 sM dalam sebuah keluarga Yahudi dari golongan pekerja biasa (Mat. 2:1; Luk. 2:1-7). Hampir semua wilayah berada di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi dan juga kebudayaan Yunani yang semakin luas pada saat itu. Kekristenan mempunyai dua latar belakang sekaligus. Latar belakang yang pertama adalah dunia keYahudian dan yang kedua adalah dunia Romawi dan Yunani. Pada waktu itu dunia diperhadapkan dengan bahaya hancur totalnya hubungan pernikahan dan kehidupan berumahtangga .
Bagi bangsa Yahudi pernikahan adalah suatu tugas suci yang harus dilakukan oleh seorang laiki-laki. Seorang laki-laki Yahudi boleh menunda atau tidak melakukan pernikahan hanya dengan satu alasan saja, yaitu membuktikan seluruh hidup dan waktunya bagi mempelajari dengan menggeluti hokum taurat .
Jadi, pernikahan pada zaman Pernajian Baru merupakan hal yang sangat dilindungi oleh agama pada saat itu. Groenen menyatakan, kekristenen yang berpangkal pada tradisi Israel/Yahudi tampil dalam dunia Yunani/Romawi yang amat ambivalen sikapnya terhadap seksualitas dan perkawinan. Disatu pihak dunia Yunani/Romawi itu perkawinan pada prinsipnya adalah monogamy. Akan tetapi dilain pihak lembaga perkawinan sangat rapuh dan tidak stabil.

Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Pendidikan Kristen)

Teknologi komunikasi dan informasi didefenisikan sebagaipengembanganteknologi dan aplikasi dari komuter dan teknologi berbasis komunikasi untuk memproses, penyajian , mengelola data dan informasi . Temasuk di dalamnya pembuatan hardwere komputer dan komponen komputer, pengembangan sofwere komputer dan berbagai jasa yang berhubungan dengan komputer bersama-sama dengan perlengkapan komunikasi. Jadi pada intinya istilah teknologi informasi adalah teknologi yang memanfaatkan komputer sebagai perangkat utama untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat. Teknologi komunikasi dan informasi sebagai suatu produk dan proses telah berkembang sedemikian rupa sehingga mempengaruhi segenap kehidupan kita dalam berbagai bentuk aplikasinya. Alvin Toffler ( 1980 ) menggambarkanperkembangan itu sebagai revolusi yang berlansung dala tiga gelombang yaitu :Gelombang pertama timbul dalam bentuk teknologi pertanian Gelombang kedua ditandai dengan adanya teknologi industri gelombang ketiga merupakan revolusi teknologi elektronik dan informatik. Teknologi terakhir ini mendorong tumbuhnya “ telecommunity “. Toffler juga menyatakan bahwa keputusan pemerintah indonesia untuk mengembangkan sistem komunikasi satelit domestik merupakan lambang dimulainya transformasi ( miarso 1997 ).
Pengertian teknologi, termasuk teknologi komunikasi dan informasi, hendaknya tidak dipandang hanya sebagai fasilitas atau perangkat keras. Semua teknologi pada hakikatnya adalah proses untuk mendapatkan nilai tambah. Proses itu memang menghasilkan produk yang bermanfaat. Sedangkan pemanfaatan produk tidak terlepas dari unsur budaya lain atau sistem yang telah ada. Jacques Ellul (1976), seorang sosiolog Perancis, mengartikan teknologi sebagai keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia. Gary J. Anglin (1991) mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem, untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia.
Teknologi yang tepat guna adalah teknologi yang sesuai dengan budaya masyarakat yang bersangkutan. Bagi masyarakat yang masih belum terjamah dengan teknologi komunikasi dan informasi berbasis elektronik, maka teknologi cetak mungkin merupakan pilihan yang tepat. Kondisi masyarakat Indonesia yang beragam, memerlukan berbagai macam teknologi untuk keperluan penyediaan jasa pendidikan.
Previous Post
Next Post
Related Posts